Kamis, 10 Oktober 2013

HAPPY B'DAY TO ME

Tepat 22 tahun yang lalu , saya lahir ke dunia ini
Kadang kalo lagi ultah banyak orang ngasih ucapan dan mendoakan, "Semoga panjang umur", "tambah pintar", "tambah cakep", "tambah cantik", "tambah sukses", pasti gitu doanya ya ?? hahahhaa.
tapi seolah-olah semua itu pemanis mulut aja.
Entah kenapa saya tiba-tiba terfikir "Buat apa panjang umur tapi hanya untuk berbuat dosa".
"Buwat apa cakep/cantik, pintar, sukses tapi tidak bersyukur atas semua nikmat itu".
Saya hanya ingin punya umur yang cukup. cukup untuk beribadah, mencari bekal untuk akhirat, cukup untuk berbakti kepada orang tua,cukup untuk bermanfaat bagi orang di sekitar kita, cukup untuk bersyukur atas semua nikmat yang sudah alloh berikan.

semua fikiran tentang itu membuat saya menjadi lebih bijak dalam menghadapi hidup dalam menghadapi usia ini .
Semoga bisa mendoakan diri sendiri dan orang lain dengan doa yang bermanfaat. Semoga pula aku sadar bahwa semakin bertambah umur kita berarti semakin sedikit jatah umur kita di dunia ini, semakin dekat kita dengan kematian. Bertambahnya umur bukan harus dirayakan, bukan pula sebagai ajang hura-hura, tapi harus sebagai ajang instropeksi diri, apa saja yang sudah kita jalani selama hidup di dunia. Sudahkah kita menyiapkan bekal untuk akhirat nanti, sudahkah kita bermanfaat buat diri sendiri dan untuk orang lain??.


Hari ini saya hanya ingin memanjatkan doa :
1. "yaalloh, semoga sisa umur saya berkah, setiap detik yang saya lalui menjadi berkah dan ibadah serta bermanfaat untuk semuanya"
2. 'Sehatkan dan bahagiakan orang tua saya selalu bantulah saya untuk bisa mewujudkan cita2 mereka
3. Semoga saya bisa lulus tahun ini wisuda tahun ini
4. semoha saya menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi

Senin, 16 September 2013

fatamorgana

Sempat merasa begitu berat, sulit dan lelah
ingin rasanya keluar dari zona kemunafikan ini
menghentikan paradigma-paradigma bodoh yang keluar dari mulut mereka
ingin rasanya berlari dan berpura-pura bahwa ini nyata
meski sejuta ilustrasi kian mendekap raga yang letih, putih tak bernyawa
jenuh dengan semua kebisingan ego
ingin rasanya menghindar sejenak dari rajutan penat yang mereka buat
atau apakah aku yang melontarkannya ??
Dunia rindu rasa
Sekelebat bayang hanya datang dan pergi tanpa permisi
ilusi...
anjing menggonggong,
angin mendesir ...
kabut tipispun pelan pelan turun meramaikan gerimis yang menepis tipis,
hingga arang menjadi abu
dan aku masih saja termangu mengalunkan lara dalam sejuta resah
mengayunkan nada sumbang dalam sebotol bimbang
lalu haruskan aku tetap dalam fatamorgana ini ???

Rabu, 04 September 2013

CINTA karya Soe Hok Gie

Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berjudi di Miraza
Tapi aku ingin habiskan waktuku disisimu, sayangku
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu,
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mandalawangi
Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati disisimu, manisku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tau
Mari sini, sayangku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik, dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung
Kita tak pernah menanam apa-apa
Kita tak pernah kehilangan apa-apa
( Selasa, 11 November 1969 )

Sajak Putih (1944) oleh Chairil anwar

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…

PUISI CAHA BULAN

Ini dia puisi karya Soe Hok Gie yang paling melekat dalam ingatan saya ... yes i really love it

SEBUAH TANYA

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

Apakah kau masih selembut dahulu...
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku

Kabut tipispun turun pelan-pelan di lembah kasih
Lembah Mandalawangi...
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin

Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu...
Saat kudekap kau dekaplah lebih mesra...
Lebih dekat...
Apakah kau masih akan berkata...
Kudengar detak jantungmu

Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam Cinta...

Kamis, 29 Agustus 2013

Ikrar matahari

Aku disini
ketika dunia redup dan tenggelam dalam hitam
Aku di sini,
Ketika hujan menari dengan gelak tawa pemecah dinding-dindng langit
Aku di sini ketika seisi jagad raya berlari mencari tebu
aku juga masih di sini
ketika jutaan bahkan ribuan air mata menggenangi bumi

Dan berjalan lah tengok matahari senja yang berikrar siap menemani langkahmu,
menanti mu bersama embun dan nyanyian burung gereja,
membangunkanmu dari sejuta mimpi dan menuntunmu menuju cerita nyata dalam dimensi waktu yang kekal....
                           
Dan biarkan fatamorgana itu berlalu seiring langkah yg semakin kuat!
Hinga aku akan manjadi aku seorang hamba yang senantiasa menjalankan amanah NYA
dengan ikrar seperti matahari

Rabu, 28 Agustus 2013

CERITA PENUH HIKMAH : KENAPA NON MUSLIM BANYAK YANG KAYA,.?

KENAPA NON MUSLIM BANYAK YANG KAYA,.?

Kenapa orang Non Muslim banyak yang kaya sedangkan orang muslim banyak yang miskin?

JAWAB

Saya masuk menemui Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan beliau sedang berbaring miring di atas tikar pandan kecil yang bersulam, dan di bawah kepalanya bantal dari kulit berisikan rumput kering. Lalu beberapa orang dari sahabatnya datang di antaranya adalah Umar bin Khaththab, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun bangkit menggeser tubuhnya yang sedang terbuka bajunya. Umar bin Khaththab tak sanggup menahan tangisnya ketika melihat bentuk sulaman tikar yang membekas di tubuh bagian samping Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya, "Mengapa engkau menangis, wahai Umar?"

Umar menjawab, "Demi Allah, saya tidak menangis kecuali tahu bahwa engkau lebih Allah muliakan daripada Kisra dan Qaishr. Mereka hidup dalam kesenangan, sementara engkau, Rasulullah, di tempat yang saya lihat?" Lihat Selengkapnya

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Apakah engkau tidak rela dunia menjadi milik mereka dan akhirat untuk kita?"

Umar menjawab, "Ya, aku rela."

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Begitulah yang benar"

Subhanallah..
Tolong Bagikan Status ini ke sahabat Yang lainnya ya.. Insya Allah dapat Pahala..
Rasulullah shallallahu álaihi wasallam bersabda :

“Barang siapa Menunjukkan kepada Kebaikan. Maka ia memperoleh Pahala yang sama seperti yang melakukan atau mengamalkan Kebaikan itu.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Selasa, 27 Agustus 2013

Sinopsis Novel PUDARNYA PESONA CLEOPATRA Karya Habiburrahman El Shirazy

Dalam novel yang berjudul “PUDARNYA PESONA CLEOPATRA” Habiburahman menonjolkan perilaku seorang isteri yg sangat setia pada suaminya. Meskipun sang suami tidak mencintainya atau memperdulikanya tetapi dia tetap tabah, sabar, dan ikhlas menghadapi semua itu. Dengan keikhlasan dan kesabaran hatinya, dia bisa mencintai suaminya sepenuhnya dibandingkan dirinya sendiri. Cerita ini berawal dari setting latar belakang budaya Jawa yang kental dengan penghormatan terhadap figur dan bakti pada orang tua. Selain tentunya dibalut juga dengan nuansa religi, ciri khas sang penulis. Cerita cinta antara 2 tokoh utama dalam novel ini, yaitu gakuh dan Raihana.

Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalam kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal." Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu" kata ibu.
"Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu", ucap beliau dengan nada mengiba.
Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku. Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun. Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, "cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli!” kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia. Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku.

Hari pernikahan datang.
Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya. Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang. Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja. Aku merasa hidupku adalah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.
Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab " tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga" Ada kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil 'mbak', " kenapa mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku" tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. "wallahu a'lam" jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, "Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah? Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini". Raihana mengiba penuh pasrah. Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku.

Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku.

Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.
"Mas, nanti sore ada acara aqiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang" Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe. Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. " Ma....maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana," lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. " Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din...Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan. " Ya Mas!" sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil "dinda". " Matanya sedikit berbinar. "Te...terima kasih...Di...dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah," ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan. Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. " Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?". Hana begitu bahagia.

Acara pengajian dan aqiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. " Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan Ibundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal. Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia. Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana.
Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis. Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya" Mana tanggung jawabmu!" Aku hanya diam dan mendesah sedih. " Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta" gumamku.

Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alas an kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, " Mas untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal, no pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita". Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari Aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya. Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.


Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut.
Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang mEsir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. "Apakah kamu sudah menikah?" kata Pak Qalyubi. "Alhamdulillah, sudah" jawabku. " Dengan orang mana?. " Orang Jawa". " Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?". "Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran". " Kau sangat beruntung, tidak sepertiku". " Kenapa dengan Bapak?" " Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang". " Bagaimana itu bisa terjadi?". " Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dan karena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Tanpa ada rasa canggung meskipun baru mengenali lawan bicaranya,Pak Qalyubi lansung bercerita tentang kehidupannya bersama gadis mesir.Berawal dari kedekatannya, menikah, mempunyai anak,perselingkuhan hingga perceraian yang terjadi.

Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bulan aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala didindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya. Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal. Dibawah kasur itu kutemukan kertas merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong....Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi...ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya .. Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya. Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.


Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angina sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi cintaku dengan Raihana. Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu-sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. "Mana Raihana Bu?". Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi. " Raihana...istrimu..istrimu dan anakmu yang dikandungnya". " Ada apa dengan dia". "Dia telah tiada". " Ibu berkata apa!". " Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu. Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya". Hatiku bergetar hebat. " Ke...kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?". " Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi maafkanlah kami".

Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira.
Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa. Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali.
Dunia tiba-tiba gelap semua....... Gubraks! Gubraks! (TAMMAT).

Jumat, 23 Agustus 2013

Nelayan itu di laut.. sebab sawah itu jatahnya petani

Tiba-tiba saya terfikir..
manusia boleh punya sejuta mimpi
sejuta cita-cita bdan berupaya sekuat tenaga untuk mewujudkan nya, untuk meraihnya
tapi terkadang ada hal yang dimana kita inginkan tapi bukan untuk kita miliki
dan itu tidak untuk di paksakan,
percaya saya tuhan sudah menentukan yang terbaik untuk kita sesuai dengan apa yang telah kita usahakan :D


hhiiii keeep smiling

Kamis, 22 Agustus 2013

SINOPSIS BUMI MANUSIA Karya PRAMOEDYA ANANTA TOER

Bumi Manusia mengisahkan zaman setelah pemerintahan Belanda yaitu Hindia – Belanda. Kehidupan di Indonesia dimana budaya dan peradaban Eropa dieluk – elukkan sedangkan Pribumi hanya dianggap sebelah mata, diremehkan, ditindas. Didalam novel ini terdapat tiga tokoh utama yaitu Minke, Annelies, dan Nyai Ontosoroh.
***
Minke adalah seorang Pribumi yang bersekolah di H.B.S Surabaya. Sekolah orang – orang Eropa dan begitu terkenal di seluruh penjuru tanah air, yang mengajarkan pendidikan Belanda. Semua guru – gurunya berasal dari tanah Eropa. Minke, Pribumi berdarah Jawa mulai merasa ada yang berbeda pada dirinya semenjak masuk sekolah H.B.S, sepertinya sedikit demi sedikit budaya eropa telah masuk pada dirinya. Pribadinya sedikit melenceng menyalahi wujudnya sebagai orang Jawa.
**
Suatu ketika Robert Surhorf masuk kedalam kamar pemondokan Minke tanpa permisi, tanpa ketok pintu. Betapa kagetnya Minke melihat kelakuan temannya itu. Robert mendapati Minke sedang mengungkungkan gambar seorang yang di idamkannya, Rati Wilhelnima. Melihat Minke seperti itu, Robert menertawai Minke, mengejek, juga mencaci maki. Dia selalu tak senang melihat Minke bahagia. Baginya Pribumi adalah golongan dibawahnya. Tak terima dengan hinaan Robert, Minke kemudian melawan. Tapi Robert tak kehilangan akal, dia mengajak Minke pergi kerumah seorang gadis yang mirip dengan Ratu di fotonya, bahkan lebihcantik darinya. Awalnya Minke tak ingin tapi Robert terus mendesaknya dan mengatainya. Minke merasa tertantang, dan akhirnya menerima ajakan Robert Surhoof.
Robert telah mempersiapkan dokar, mereka menaiki dokar tersebut lalu berangkat kerumah seorang bidadari. Minke tahu niat Robert yang hanya ingin mempermalukannya, tapi Minke tak gentar. Ia bertekad tidak akan kalah dari Robert.
Mereka sampai ditempat tujuan, didaerah Wonokromo. Di sebuah rumah yang berloteng kayu, berpelataran luas dengan tulisan : boerderij buitenzorg. Sampai disana seorang pemuda Indo – Eropa telah menyambut. Teman Robert Surhorf. Dia hanya menyambut Surhorf dan tidak menyambut Minke, pandangannya begiti tajam pada Minke. Lalu juga ada seorang gadis berkulit putih, halus, berwajah Eropa, berambut dan bermata Pribumi, bernama Annelies Mellema. Minke begitu terpukau, dan inilah gadis yang dimaksud Surhorf. Minke melihat Robert Mellema dan Surhorf tenggelam dalam obrolannya mengenai bola, dan Minke tidak mengerti. Ia memutuskan untuk melihat – lihat perabot yang indah di rumah itu bersama Annelies. Di sela percakapan dan obrolan Minke, datang seorang wanita Pribumi, berkebaya putih dihiasi renda – renda mahal. Begitu mengagumkan bagi Minke. Dan juga lebih mengagetkan Minke karena wanita Pribumi itu berbahasa Belanda dengan baik. Annelies memperkenalkan Minke pada Mamanya yang akrab disapa dengan Nyai Ontosoroh. Setelah berkenalan Nyai Ontosoroh pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.
Annelies mengajak Minke berjalan – jalan, Minke sempat terkejut melihat Annelies, gadis kecil yang pintar, gesit. Diusianya yang masih muda dia telah membantu Mamanya mengurus perusahaan besarnya. Perusahaan yang di urus oleh dua orang saja, Nyai Ontosoroh dan Annelies. Minke begitu terpesona dengan mereka, terutama pada Nyai Ontosoroh, seorang Pribumi yang tanpa mengenyam bangku pendidikan tapi pengetahuannya begitu luas, mengenai perdagangan, perusahaan, administrasi, perkebunan, peternakan, bahkan mungkin dalam segala hal dia tahu. Nyai Ontosoroh yang hanya belajar otodidak dari suaminya Tuan Mellema. Kedatangan Minke di tengah – tengah keluarga Mellema membawa kesenangan tersendiri, terutama bagi Nyai dan Annelies. Minke yang telah jatuh cinta pada Annelies, dan begitu pula Annelies, minke yang jatuh cinta pada keluarga itu, anggapan mengenai keluarga Mellema selama ini yang salah, berbeda dari pemikirannya dan juga yang dipergunjingkan oleh para manusia.
Semenjak berkunjung dari rumah Nyai Ontosoroh, kehidupan berjalan seperti sedia kala, hanya Minke sedikit berubah. Boerderij Buitenzorg di Wonokromo seperti memanggil Minke, wajah Annelies yang selalu membayanginya. Minke seperti terkena sihir atau guna – guna. Minke kemudian pergi kerumah kerabatnya, Jean Marrris, menceritakan apa yang terjadi padanya sehingga dia berubah menjadi linglung. Jean Marris berpendapat bahwa Minke sedang dalam kesulitan, dia sedang jatuh cinta. Minke berusaha menyangkal pendapat Jean Marrris. Jean Marris menganjurkan Minke untuk datang kembalai ke rumah Annelies untuk dapat mengetahui benar tidaknya pendapatnya itu.
Dari rumah Jean Marris, Minke pulang ke pemondokan. Darsam telah menunngunya dengan membawa surat dari Nyai Ontosoroh. Minke lalu membaca surat itu, berisi permohonan agar Minke datang ke Wonokromo, semenjak kepergiannya Annelies sering melamun, tak makan, pekerjaannya banyak yang terbengkalai, dan salah. Darsam masih menunnguinya, menanti jawaban Minke. Saat itu juga Minke pergi ke Wonokromo bersama Darsam.
Surat Nyai memang tidak berlebihan, Annelies kelihatan susut. Kedatangan Minke membuat raut wajah Annelies berubah menjadi bahagia. Mulai hari itu juga Minke berpindah dari Pemondokan tinggal di rumah Nyai, Wonokromo. Kamar untuknya telah dipersiapkan, dan Annelies yang menata pakaian Minke. Kedatangan Minke yang sangat berarti bagi Annelies. Annelies sering bercerita pada Minke mengenai keluarganya, dan kehidupannya. Minke menjadi curhatan Annelies. Dari cerita Annelies mengenai mamanya yang dahulunya seorang Pribumi yang kemudian dijual oleh ayahnya kepada Tuan Mellema. Mamanya yang kini bernama Nyai Ontosoroh menjadi gundik Tuan Mellema, papanya seniri. Papa Annelies yang sangat baik pada mamanya, papanya menjadi guru untuk mamanya, mengajari mamanya berbagai hal hingga mama bisa sampai seperti ini. Papanya guru yang baik, pintar dan mama menjadi murid yang patuh. Mamanya hanya belajar dari papanya, dari buku secara otodidak. Semakin lama mamanya semakin mahir, dan mamanya mulai ikut dalam bisnis papanya, mengelola seluruh lahan. Tapi semenjak suatu kejadian, semua menjadi berubah. Kejadian dimana anak papanya Insyinyur Mellema datang. Dia datang menemui papanya, mengolok – ngolok papa, menuntut hak, juga menginjah harga diri mama. Semenjak itu papa menjadi aneh, dia jarang pulang. Dan semua yang mengurus perusahaan mama dan Arnelies. Arnellies keluar dari sekolah sejak kelas 7. Sejak saat itu pula mamanya sangat benci kepada papanya. Dia tidak memaafkan apa yang telah diperbuatnya. Mamanya tak ingin Robert dan Annelies seperti papanya, Tuan Mellema. Dari cerita Annelies ini, Minke menjadi mengerti tentang keluarga ini.
Cerita yang didengar Minke dari Annelies ini dijadikan bahan tulisannya, dengan sedikit gubahan yang bercampur dengan khayalannya. Minke mengirimkannya pada sebuah majalah, dan telah dimuat. Nyai datang pada Minke dan Annelies ketika mereka sedang mengobrol. Dengan selembar Koran S.N.v/d D di tangannya. Nyai menunjukkan sebuah cerpen yang berjudul Buitengewoon Gewoone Nyai die Ik ken. Nyai seperti mengenali tulisan tersebut, nama pena Max Tollenar. Seketika itu pula wajah Minke berubah pucat. Ia segera mengaku pada Nyai bahwa tulisan tersebut adalah tulisannya. Mama sudah menduganya, dan bangga pada Minke. Dari situ mama bercerita mengenai dunia cerita yang ia ketahui pada Minke. Minke mendengarnya dengan seksama. Dia sering dikejutkan dengan pengetahuan – pengetahuan mama mengenai dunia cerita dan kepenulisan. Nyai merupakan guru tidak resmi dengan ajarannya yang cukup resmi.
**
Pukulan yang keras pada pintu kamar Minke, memaksanya harus bangun dan membukakan pintu. Minke mendapati mama berdiri di hadapannya, memberitahu Minke bahwa ada yang menunngunya. Minke menemui orang berada sitje, mereka memberikan surat perintah untuk membawa Minke. Panggilan dari kantor polisi B. Minke tak mengerti mengapa dia ditangkap, dia merasa tak pernah melakukan kesalahan, dia berusaha menggingat. Tak sesuatupun dilakukannya. Minke dan mama memaksa pengantar surat untuk memberitahu duduk perkara, tapi si pengantar tidak buka mulut, diam. Setelah mandi dan makan pagi, Minke bersama agen polisi berangkat. Dokar membawa Minke kekantor polisi Surabaya, disana Minke ditinggalkan oleh agen polisi, entah kemana. Setelah menunggu lama agen polisi itu datang, mengajak Minke kembali naik dokar menuju ke stasiun. Setelah membeli tiket, mereka naik kereta. Entah akan dibawa kemana Minke, dia sendiri bingung, hatinya sebal dengan perlakuan yang didapatnya. Sampai di kota B, mereka turun kembali, meninggalkan stasiun dengan dokar. Minke kenal dengan suasana di perjalanan tersebut, tidak menuju ke Kantor Polisi B, menuju tempat lain, memasuki Kantor Kabupaten, terletak didepan sebelah samping gedung bupati. Lalu agen itu menyuruh Minke mencopot sepatu melepas kauskaki. Menyuruh Minke merangkak menapaki lantai yang dingin, dan berhenti tepat didepan kursi goyang.
Didepan kursi Minke memberi hormat pada Kanjeng Bupati. Kanjeng Bupati yang tak lain adalah ayahandanya sendiri. Minke kaget mengetahui bahwa yang dihadapannya adalah ayahnya sendiri. Ayahnya marah besar atas kelakuan yang diperbuat Minke, tidak pernah membalas surat darinya, dari Ibu, dan kakaknya. Juga karena kepindahan Minke dari Pemondokan ke Wonokromo. Ayahandanya marah besar, Minke diberi hukuman pukulan berkali – kali. Pemaksaan kepulangan Minke dikarenakan akan adanya pesta pengangkatan ayahandanya sebagai bupati, dan Minke diberi mandat untuk menjadi penerjemah dalam bahasa Belanda. Setelah menghadap ayahandanya, Minke kemudian menemui Ibunya. Bundanya yang amat sayang padanya tak marah dan tak menyalahkan. Hanya memberi wejangan agar perbuatannya jangan di ulangi lagi. Selain itu Ibunya juga mengingatkan agar tidak lupa dengan dirinya, Pribumi darah Jawa, jangan sampai terlalu terlena dengan budaya Eropa.
Resepsi pengangkatan ayahandanya dimulai, semua terlihat indah, dan lengkap. Gamelan, para penari, umbul – umbul telah dipasang. Minke didandani ala satria Jawa, mengenakan baju khas Jawa, ia kelihatan gagah, dan tampan. Malam kebesaran dalam hidup ayahanda Minke tiba juga. Gamelan telah mendayu – dayu pelahan. Tamu telah pada berdatangan. Ayah dan Ibu Minke memasuki ruang resepsi di pendopo, disusul abang Minke di depan dan Minke dibelakangnya. Acarapun dimulai dengan sambutan dari Tuan Assisten Residen B yang berbicara dengan bahasa belanda. Tuan Asisten Residen B mennunjuk Minke sebagai penterjemeh dalam bahasa Jawa. Sejenak Minke gugup, tapi secepat kilat ia bisa mendapatkan kepribadiannya kembali. Setelah Tuan Asisten Residen B selesai memberi sambutan, giliran ayahanda Minke yang memberi sambutan. Ayahandanya memberi sambutan dengan menggunakan bahasa Jawa karena tidak tahu menahu dengan Bahasa Belanda. Dan Minkelah yang menterjemahkannya kedalam bahasa Belanda. Setelah Ayahanda Minke selesai berpidato, para pembesar banyak yang memberi selamat kepada keluarga mereka. Dan juga banyak dari mereka yang memuji – muji Minke karena kemahirannya dalam menterjemahkan. Selesai itu dilanjutkan dengan hiburan tarian – tarian khas jawa. Semua tamu ikut menari dan menikmati malam itu.
Minke mendapat undangan dari Tuan Asissten Residen B, undangan ini telah menjadi berita penting di kota B. Semenjak pesta pengangkatan ayahanda, Minke banyak mendapat undangan dari para pejabat. Tapi hanya undangan Tuan Asisten Residen B yang Minke datangi. Dan pada sore itu kereta yang dijanjikan sudah datang menjemput Minke menuju gedung karesidenan. Tuan Asissten Residen B sudah menunggu di kebun. Tuan Asissten Residen B mengenalkan dua putrinya Sarah dan Miriam. Mereka lulusan H.B.S dan lebih tua dari Minke. Tuan Residen B membiarkan Minke berbincang – bincang dengan putrinya. Mereka berbicara mengenai sekolah H.B.S, bercerita mengenai pelajaran, bertukar pikiran, berbicara mengenai Jawa, mengenai Belanda. Mereka begitu berbeda pandangan. Tapi dari perbedaan ini mereka semakin akrab, dan akhirnya menjadi sahabat. Sarah dan Minke sangat menyukai Minke. Dia ingin Minke terus maju, mengangkat kaumnya Pribumi.
Selesai dengan urusan di kota B, Minke meminta izin pada ayah dan bundanya untuk kembali ke surabaya. Mereka tidak mengekang. Hari itu juga Minke kembali ke surabaya dengan kereta. Di kereta ada seseorang yang aneh selalu mengintai Minke, si Gendut agak sipit. Sampai di perron Surabaya Minke menghampiri Annelies. Si Gendut sipit terus mengintai Minke sembari melirik Annelies. Minke terus mengawasinya karena curiga. Minke dan Annelies menuju Darsam menaiki dokar untuk pulang ke Wonokromo. Di perjalanan Darsam tidak menuju langsung ke Wonokromo melainkan ke suatu tempat lain. Darsam mampir disebuah warung kecil. Sampai di warung itu Darsam turun, mengajak Minke turun juga. Dan Annelies menunggu di andong. Di warung Darsam memberitahu Minke bahwa ada seorang yang jahat sedang mengintai Minke. Dugaan Darsam adalah Robert, dia iri pada Minke karena Nyai dan Annelies lebih menyayanginya. Selesai pembicaraan Darsam dan Minke melanjutkan perjalanan. Minke memutuskan untuk kembali ke Kranggan. Sampai di Kranggan Annelies yang tidak tahu apa – apa protes pada Minke. Minke beralasan ingin tinggal di Kranggan untuk konsentrasi pada ujiannya. Annelies begitu kecewa dengan keputusan mendadak Minke. Tapi Minke memutuskan ini demi kebaikan semuanya.
Sampai di rumah Wonokromo, Annelies menemui Nyai Ontosoroh (mamanya) dengan menangis. Nyai Ontosoroh bingung dengan sikap Annelies yang seperti itu, yang manja dan ini untuk pertama kalinya Annelies menginginkan keinginannya dituruti. Menginginkan Minke kembali ke Wonokromo lagi. Sikap Annelies ini membuat Nyai begitu khawatir. Badannya bertambah panas. Nyai memerintahkan Darsam untuk menjemput dokter Martinet, untuk segera mengobati putrinya, Annelies. Kejadian Minke yang tidak kembali lagi ke Wonokromo membuat Nyai Ontosoroh curiga kepada sulungnya, Robert. Nyai memanggil Robert dan menanyainya, Robert tidak mengaku, ia merasa tak bersalah dalam kejadian ini. Nyai begitu geram kepada Robert, ia memerintah Robert untuk pergi ke kepolisian. Mencarikan keterangan mengenai Minke. Robert pergi menunggangi kuda, melaksanakan perintah dengan terpaksa. Tapi Robert tetaplah Robert, dia tidak melaksanakan perintah Ibunya. Ia berhenti di rumah plesiran milik seorang Tiong Hoa. Disana seorang Tiong Hoa mulai meracuni Robert dengan menyuguhkan perempuan penghibur yang cantik – cantik. Robert terpikat dengan perempuan Jepang. Dia melenceng dari tugasnya, tidak ke kentor polisi melainkan bersenang – senang dengan perempuan penghibur. Selang beberapa hari setelah bersenang – senang, Robert kembali ke Wonokromo. Ia mengendarai kuda dengan tenang tak tergesa. Ia berhenti pada tangga rumah, melepas kuda tanpa mengikatnya dan naik, berdiri dihadapan Nyai dan Annelies. Robert dengan penampilan yang berbeda. Penampilannya mengingatkan Nyai pada kejadian lima tahun lalu, dimana Tuan Mellema yang pergi dari rumah dan pulang dengan dandanan dan bau minyak wangi mirip seperti Robert. Membuat Nyai benci. Semenjak itu pula Robert tak pernah lagi menginjakkan kaki dirumah.
***
Minke bangun pada jam sembilan pagi dengan kepala pusing. Ada sesuatu yang mendenyut – denyut diatas matanya. Beberapa kali Meevrouw Telinga mengompresnya dengan cuka bawang – merah. Minke memaksakan tubuhnya untuk bangun dari ranjang, menuju kebalakang dan mandi dengan air hangat yang telah dipersiapkan oleh Mevroouw Telinga yang begitu bawel terhadapnya. Perempuan Eropa yang begitu sayang padanya. Setelah selesai mandi, berpakaian dan bersisir rapi, Minke pergi kerumah Jean Marrais. Jean masih tetap dengan kesibukannya, melukis. Dan May yang mengetahui kehadiran Minke, langsung mendatanginya, duduk dipangkuannya dengan manja. Jean dan Minke berbincang – bincang.
Di sela – sela perbincangan Minke mengawasi seorang gendut yang bersarung yang sedang membeli rujak duduk dibawah pohon asam di seberang jalan, Minke mencurigainya karena kemiripannya dengan si Gendut yang mengikutinya akhir – akhir ini. Minke menghampirinya bersama Jean dan Tuan Telinga yang baru saja datang. Tuan Telinga malah ingin mengusir si Gendut yang mencurigakan itu. Tuan Telinga mengusir si Gendut yang mencurigakan. Sempat mereka bertengkar hebat tapi telah terselesaikan. Dan si Gendut pergi.
Minke mendapat surat dari Miriam de la Croix, sedikit mengobati peningnya. Surat dari Miriam membuat Minke menangis. Surat indah dari Miriam yang sangat berharap Minke untuk terus maju, berpengharapan atas diri Minke. Miriam yang mkenghendaki agar Minke berharga bagi bangsanya sendiri. Minke begitu beruntung mendapatkan sahabat seperti Miriam dan Sarah yang memperhatikan dan terus meotivasinya. Setelah membaca surat dari Miriam, Minke melipatnya kembali. Sudah terlihat Darsam, menjemput Minke untuk kembali ke Wonokromo. Mengabarkan Annelies yang sedang sakit keras. Tanpa fikir panjang Minke menuruti ajakan Darsam kembali ke Wonokromo. Wonokromo yang menyihirnya.
Sampai di Wonokromo Darsam dan Nyai langsung mengantarkan Minke menuju Annelies yang terbaring sakit, tak berdaya. Nyai memasrahkan Annelies pada Minke. Minke berusaha membangunkan Annelies yang tak berdaya. Sedikit demi sedikit mata Annelies terbuka. Annelies bangun. Minke yang ditunggu – tunggunya telah berada disampingnya. Minke bak seperti obat bagi Annelies. Obat yang begitu pas hingga sakitnya hilang. Begitupula dengan Minke. Mereka kembali sehat. Penyakit merah jambu anak muda. Cinta. Dokter Martiner juga menyerahkan Annelies pada Minke. Dan kini dokter yang menangani Annelies adalah Minke. Mau tak mau Minke harus menerimanya. Mendampingi Annelies sampai dia benar – benar sehat. Sampai dia bisa kembali ceria seperti sediakala. Beberapa hari Minke merawatnya, Annelies mulai membaik. Rutinitasnya telah kembali, membantu Nyai bekerja seperti biasanya.
Minke kembali bersekolah, sudah lama dia tidak masuk, melebihi batas sertifikat dokter, dan Tuan Direktur Sekolah memaafkannya. Dia mengejar ketertinggalannya dan sama sekali tak ada kesulitan baginya. Kini Minke berangkat kesekolah dengan bendi mewah yang telah disiapkan Nyai. Semua terlihat berubah. Terutama diri Minke sendiri. Teman – teman sekolahnya banyak yang berubah agak menjauhinya, juga guru – guru bersikap seperti itu. Minke merasakan bahwa dirinya bukan yang dulu lagi. Kini dia tidak suka bercanda. Merasa lebih berbobot. Tapi kini keliling disekolah Minke bukan lagi kecerahan melainkan kesunyian. Satu – satunya orang yang tidak berubah hanyalah guru bahasa dan sastra Belandanya, Juffrouw Magda Peters. Pelajarannya membahas mengenai sastra dan yang berkaitan mengenai tulisan, yang tentunya didalamnya terdapat unsur – unsur Belanda. Setiap dia mengajar semua murid selalu mengikutinya dengan cermat, bahkan semua guru – guru lain juga mengikutinya dengan cermat. Dalam pelajaran ini selalu diadakan diskusi bersama dan ini sangat menarik. Tapi kali ini, Magda Peters mengajak muridnya membahas mengenai tulisan yang berjudul Uit het schoone Leven van een mooie Boerin karya Max Tollenaar. Ya, tulisan Minke sendiri dan itulah nama penanya. Tulisan yang begitu bagus menurut Magda Peters, hanya sayangnya terbit di Hindia. Dalam diskusi yang begitu mengasyikkan, tiba – tiba Surhorf memotong Magda Peters dan mengolok – olok tulisan Max Tollenaar. Surhorf telah mengetahui bahwa tulisan itu adalah tulisan Minke. Didalam forum diskusi, Surhorf membeberkan semuanya, membongkar kedok Minke. Mempermalukannya. Terbongkar kedok Minke sebagai pemilik tulisan tersebut. Mengetahui hal itu, tanggapan Magda Peters justru berbeda dengan yang lainnya. Dia memberi selamat pada Minke dan begitu bangga padanya. Satu – satunya muridnya yang telah berhasil membuat tulisan yang menarik. Magda Peters tak peduli dengan omongan Surhorf.
***
Di Wonokromo Minke sudah merasa tenang dan aman. Kini Robert tak lagi ada. Kali ini sikap Annelies begitu manja pada Minke. Annelies tak ingin tidur bila tak ditemani Minke. Dan malam ini Minke harus menemaninya juga mendongengkan cerita untuknya. Disela - sela Minke mendongeng, Annelies tiba – tiba menangis. Annelies menceritakan kejadian buruk selama hidupnya pada Minke. Minke bukanlah orang pertama. Annelies begitu takut bila Minke pergi meninggalkannya. Minke begitu cemburu mengetahui hal itu. Minke bertanya pada Annelies, siapa bajingan yang telah berani berbuat seperti itu padanya. Annelies hanya menangis dan gagap – gagap menjawab, menyebutkan nama abangnya, Robert. Annelies menceritakan semuanya. Minke begitu benci mendengar cerita Annelies, hatinya sakit tak terima. Dipeluknya Annelies dan Minke percaya padanya. Kepercayaan Minke adalah hidup bagi Annelies.
Esok pagi hari, Darsam kelihatan gelisah, sedikit – sedikit memunculkan diri dihadapan Minke, Annelies, juga Nyai Ontosoroh agar setiap saat dapat dipanggil bila diperlukan. Dia berjaga – jaga dari kemungkinan si Gendut yang telah Minke ceritakan padanya. Darsam juga sudah mengetahui si Gendut itu sendiri. Ketika Minke. Nyai, dan Annelies sedang duduk diteras, nampak Darsam berlari membawa parang telanjang ditangan menuju gerbang. Disana nampak sekilas si Gendut sedang berjalan ke jurusan Surabaya. Melihat Darsam seperti itu Minke berpekik padan Darsam, memerintah Darsam untuk tidak melakukan apa – apa. Minke berlari mengejar Darsam. Dan Darsam terus berlari mengejar si Gendut. Ia tak peduli dengan perintah Minke. Melihat Minke yang berlari mengejar Darsam, Anneliespun mengikuti Minke. Dia berlari mengejar Minke. Juga Nyai yang mengikuti mengejar Annelies. Si Gendut yang tahu sedang dikejar, lari tunggang langgang menyelamatkan diri. Setelah sampai dipelataran Ah Tjong, si Gendut menghilang. Nyai memerintahkan semuanya untuk tidak masuk pada rumah plesiran itu, tapi semua tak mempedulikan. Darsam memasuki rumah plesiran itu, disusul dengan Minke dibelakangnnya. Mereka tak menemukan si Gendut. Tapi yang mereka temukan adalah seorang yang terbaring tak bernyawa, Tuan Mellema. Nyai dan Annelies begitu kaget melihat keadaan Tuan Mellema. Disini tempat persembunyiannya selama ini. Selang beberapa saat muncul wanita Jepang dengan pemuda, Robert. Mengetahui Nyai, Darsam, dan Annelies, Robert melarikan diri. Darsam mengejar namun ia kehilangan jejak Robert. Kemudian datang beberapa orang polisi, mereka mengusut kasus ini. Juga meminta semua yang ada disitu untuk dimintai keterangan.
Telah diketahui bahwa kematian Tuan Mellema disebabkan karena keracunan. Kematian Tuan Mellema menyebabkan berbagai media gencar memberitakannya. Juruwarta banyak yang berdatangan ke rumah Nyai Ontosoroh untuk mendapatkan keterangan. Tak ada seorangpun yang memberi jawaban. Diantara Nyai, Darsam, Annelies, Minke tak ada yang ditahan. Kesempatan ini digunakan Minke untuk menulis laporan yang lebih benar tentang kejadian ini. Diumumkan oleh S.N.v/d D. Laporan – laporan yang dimuat Minke dianggap sebagai sumber terpercaya. Cuti seminggu dari sekoalah dipergunakan Minke untuk menulis, membantah berita – berita tak benar dan tersirat. Namun muncul tulisan dan berita lain, yang katanya berasal dari pihak kepolisian. Muncul juga berita mengenai si Gendut. Mengetahui hal ini polisi kemudian mengusut berita mengenai berita si Gendut. Miriam dan Sarah de la Croix menyatakan simpati atas kejadian yang telah menimpa Minke. Mereka yakin bahwa Minke tidak bersalah. Surat Bunda yang mengibakan menyatakan berduka cita disamping menyatakan murka Ayahanda yang sudah tak ingin mengakui Minke sebagai anak. Nyai Ontosoroh nampak tenang – tenang saja menghadapi masalah ini. Sidang pengadilan tak dapat dihindari. Robert Mellema dan si Gendut tak dapat ditemukan. Maka pengadilan menghadapkan Babah Ah Tjong sebagai terdakwa. Pengadilan putih. Pengadilan Eropa. Dua minggu lamanya sidang berlangsung. Motif pembunuhan tetap tidak peroleh dari Ah Tjong. Keputusan pengadilan mengecewakan orang banyak : hukuman sepuluh tahun penjara dan kerjapaksa. Ah Tjong menerima hukuman yang dijatuhkan dan segera masuk penjara. Pembantu – pembantunya dijatuhi hukuman antara tiga sampai lima tahun.
Pengadilan untuk sementara telah selesai dan Minke kembali bersekolah. Semua orang yang berada dipelataran sekolah melihat Minke dengan pandangan yang aneh. Belum sampai masuk kelas seseorang menyampaikan perintah Tuan Direktur untuk Minke. Dan menghadaplah Minke pada Tuan Dirrektur. Tuan Direktur mengucapkan selamat atas kemenangan Minke di Pengadilan. Tapi dibalik itu Tuan Direktur menyampaikan bahwa Minke dikeluarkan dari sekolah karena pergaulannya yang berbeda dengan anak – anak lainnya. Juga ketika sidang yang telah dengan senonoh menyebut Minke telah tidur sekamar dengan Annelies, menyinggung urusan pribadi Nyai Ontosoroh dengan menyebutnya Gundik. Seluruh urusan pribadi dicampuri dalamm sidang tersebut. Nyai Ontosoroh tetap tegar menghadapi. Pihak sekolah H.B.S takut bila hal ini meracuni siswa H.B.S lainnya. Minke menerima keputusan dari pihak sekolah.
Sepuluh hari setelah terbit tulisan Max Tollenar tentang masalah Totok, Indo, dan Pribumi, Magda Peters datang ke Wonokromo menemui Minke. Tuan Direktur memanggil Minke dan Magda Peters memaksa Minke untuk menemui. Tuan Direktur menerima Minke dengan senyum ramah. Semua murid diperintahkan pulang. Semua guru dipanggil berkumpul. Tuan Direktur membuka peretemuan. Tulisan terakhir Minke mengantarkannya sampai disini. Tulisan yang menyinggung Humanisme. Membuat banyak orang terharu membacanya. Dan akhirnya Minke diterima lagi sebagai siswi H.B.S. Pertemuan selesai, semua guru memberi ucapan selamat dengan wajah angker, kecuali Magda Peters. Ia begitu gembira.
Dirumah keluarga Telinga, Minke telah menunggu surat Bunda, dan sebagaimana galibnya tertulis dalam dan huruf Jawa. Bunda yang begitu menyayangi Minke. Disetiap bait tulisannya selalu tersirat makna juga nasihat. Bunda yang tak pernah menghukum Minke. Dan kini dalam suratnya, Bunda menyetujui hubungan Minke dengan Annelies. Minke terharu pada Bundanya yang begitu pengertian terhadapnya. Sedangkan Minke selalu mengecewakan Bundanya. Keinginan Bundanya agar Minke punya kemampuan menulis Jawa belum juga dipenuhi olehnya.
Pesta lulusan sekolah H.B.S diadakan. Setelah tiga bulan lamanya Minke belajar dan belajar. Para orang tua dan wali murid duduk bebanjar. Semua : Totok, Indo, beberapa orang Tionghoa, dan tak Pribumi barang seorang pun. Minke mengajak Nyai untuk hadir, namun Nyai menolaknya. Maka Minke datang bersama Annelies. Dengung sorak ramai pesta kelulusan begitu terasa. Dibuka dengan sambutan Tuan Direktur yang memberikan ucapan selamat pada para siswa yang telah lulus, ucapan selamat untuk menempuh kehidupan gemilang di masyarakat, ucapan selamat untuk para siswa yang hendak meneruskan di Nederland. Setelah menyampaikan pidato, kemudian di umumkan pelulus nomor sati di sekolah H.B.S. dan siswa yang disebutkan adalah Minke. Menyadari hal itu Minke hampir tak percaya. Minke gugup naik keatas panggung. Dia tak menyangka seorang Pribumi bisa berada diatas Eropa. Dan pada saat pesta kelulusan itu juga disampaikan undangan lisan kepada seluruh tamu untuk menghadiri pesta pernikahan Minke. Hari itu menjadi hari bahagia Minke.
Pesta perkawinan yang direncanakan sederhana diubah menjadi besar karena undangan saat kelulusan. Beberapa hari sebelum pesta pernikahan Bunda datang sebagai satu – satunya wakil dari keluarga Minke. Bunda jatuh sayang pada Annelies, calon menantunya yang begitu cantik. Baju pengantin yang dikenakan Minke dibawakan oleh Bunda, batikan Bunda sendiri dan sudah bertahun – tahun disimpan dalam peti. Setiap hari ditaburi kembang melati. Satu untuk Minke dan satu untuk menantunya, Annelies. Bunda juga memberikan keris sebagai pasangan dari kain batik.
Sebelum pesta perkawinan, Bunda yang merias Minke. Ini untuk terakhir kalinya Bunda merumat Minke. Di sela – sela kebersamaan Bunda dengan Minke, Bunda menasihati Minke. Bunda memberikan wejangan agar Minke selalu mengingat adab dari Satria Jawa yang kelak disampaikan pada anak – anaknya. Lima syarat yang ada pada satria Jawa : wisma yang berarti rumah. Tanpa rumah orang tak mungkin satria. Wanita yang berarti tanpa wanita satria menyalahi kodrat sebagai lelaki. Turangga yang berarti kuda, alat yang dapat membawa kemana – mana. Kukila yang berarti burung, lambang keindahan, kelanggengan. Dan yang terkhir curiga yang berarti keris, lambang kewaspadaan, kesiagaan, keperwiraan, tanpa keris empat yang lainnya akan binasa bila mendapat gangguan. Kesan mendalam yang ditinggalkan Bunda terhadap Minke.
Tamu berdatangan memenuhi ruang depan, ruang dalam, dan tarub. Acara resepsipun dimulai. Minke dan Annelies menikah dengan tata cara Islam. Semua undangan menghandiri pernikahan Minke. Pernikahan ini membuat haru semua orang. Banyak ucapan selamat yang berdatangan dari teman – teman Minke. Juga surat dari sahabat – sahabatnya. Sejak saat itu Minke dan Annelies syah menjadi pasangan suami istri.
Enam bulan telah lewat. Dan terjadilah apa yang harus terjadi. Annelies dan Nyai dipanggil bersama Nyai menghadap Pengadilan Putih. Dan Annelies mendapat panggilan utama. Semuanya terkejut dengan surat panggilan tersebut. Selesai sidang dan sampai dirumah Annelies dan Nyai berwajah miram. Sedih. Annelies tak bicara apa – apa. Nyai menyodorkan surat – surat dari pengadilan pada Minke. Surat – surat yang berisi hak – hak kuasa kekayaan Tuan Mellema yang seluruhnya jatuh pada anaknya Maurits Mellema, berkas – berkas yang begitu banyak. Juga surat yang menunjuk Mauris Mellema menjadi wali bagi Annelies Mellema. Pengajuan gugatan terhadap Sanikem atau Nyai Ontosoroh dan Annelies Mellema kepada Pengadilan Putih Surabaya tentang perwalian atas Annelies Mellema dan pengasuhannya di Nederland.
Minke ingin pingsan membaca surat – surat resmi tersebut. Sejak itu Annelies menjadi berubah, kesehatannya kembali terganggu. Nyai sudah menyewa advokat untuk membantu menyelesaikan perkara ini. Inilah perkara bangsa kulit putih yang menelan Pribumi, menelan Nyai, Annelies, dan Minke. Nyai dan Minke tak ingin menyerah dalam perkara ini. Mereka terus melawan. Dan takkan malu bila kalah. Pribumi harus mempertahankan hak – haknya, tidak hanya ditindas oleh Eropa saja. Berbagai cara dilakukan oleh Nyai dan Minke. Mulai dari Minke, yang menulis mengenai perkaranya dan mengirimkannya diberbagai media. Ia menulis dalam bahasa Belanda dan Melayu. Untuk mendapat perhatian masyarakat. Dan Minke berhasil. Para Pribumi yang berdandan ala Madura dengan membawa parang berdemo didepan Pengadilan Putih. Juga para elemen yang berasal dari organisasi Islam yang membela Minke.
Annelies dan Nyai mendapat panggilan dari Pengadilan Putih lagi. Dan yang hadir adalah Nyai dan Minke, sedangkan Annelies sendiri tidak mungkin, karena sakit dan dalam penjagaan Dokter Martinet. Dalam sidang keputusan Pengadilan Surabaya memutuskan untuk Juffrouw Annelies Mellema akan diangkut dengan kapal dari Surabaya lima hari yang akan datang. Mendengar keputusan itu, Nyai membantah dan begitu geram, benci, dengan marah tak terkira Nyai dan Annelies meninggalkan pengadilan. Keputusan Pengadilan Surabaya menerbitkan amarah banyak orang dan golongan. Serombongan orang Madura menyerang orang Eropa. Sejak itu pula rumah Nyai Ontosoroh dijaga ketat oleh kepolisian Belanda. Tak seorangpun diizinkan masuk. Bahkan Darsampun diusir. Dokter Martinet tidak diizinkan masuk. Dan sekarang Minke dan Nyai yang menjaga Annelies.
HARI INI – HARI TERAKHIR
Annelies agak normal walau kurus, pucat, matanya mati. Ia meminta Minke untuk bercerita mengenai negeri Belanda. Dan Minke mulai bercerita. Sekenanya apa yang Minke ingat diceritakannya. Annelies juga meminta Minke untuk bercerita tentang laut. Sebentar kemudian datang seorang perempuan Eropa yang mengambil alih kuasa Minke terhadap Annelies. Dia memerintahkan Nyai untuk mempersiapkan pakaian Annelies. Annelies kemudian berbicara pada mamanya, ia meminta mamanya agar membawakan kopor coklat tua, yang dulu dipakai mamanya untuk meninggalkan rumah selama – lamanya. Annelies ingin membawa kopor tersebut, dengan kopor itu ia akan pergi. Hanya kopor itu dan kain batikan Bunda, pakaian pengantinnya. Sembah sungkem Annelies pada Bunda B. Annelies menyuruh mama untuk membuang kenangan yang telah berlalu. Mama terlarut dalam sedu sedan tangisnya. Dan Annelies mempunyai permintaan terakhir kepada mamanya. Annelies ingin mamanya mengasuh seorang adik perempuan yang manis, yang tidak menyusahkan seperti Annelies, hingga sampai mama merasa tanpa Annelies lagi. Tangis mama terus menderu, menyesal tak dapat mempertahankan Annelies. Dan permintaan terakhir Annelies pada Minke, untuk mengenang kebahagiaan yang pernah mereka alami bersama.
Perempuan Eropa mulai menarik Annelies, menuntunnya. Annelies tenggelam dalam pembisuan dan ketidakpedulian. Kehormatannya lenyap. Ia berjalan lambat – lambat meninggalkan kamar, menuruni tangga dalam tuntunan orang Eropa. Badannya nampak sangat rapuh dan lemah. Minke dan mama lari memapahnya tapi dihalau oleh orang Indo dan perempuan Eropa. Minke sudah tak tahu sesuatu. Tiba – tiba ia mendengar tangisnya sendiri. Sebegini lemah kekuatan Pribumi dihadapan Eropa. Minke memanggil – manggil Annelies tapi Annelies tak menjawab, tak menoleh sedikitpun.
Pintu depan dipersada dibuka. Sebuah kereta Gubermen telah menunggu dalam apitan Maresose berkuda. Sayup – sayup terdengar roda kereta menggiling kerikil, makin lama makin jauh, jauh, akhirnya tak terdengar lagi. Annelies dalam pelayaran ke negeri dimana Sri Ratu Wilhelnima bertahta. Minke berjanji akan menyusul Annelies, membawa Annelies kembali lagi.

Kamis, 15 Agustus 2013

Sinopsis Novel “Pada Sebuah Kapal” karya Nh. Dini

Novel ini menceritakan tokoh seorang wanita bernama Sri. Sri adalah anak kelima dari lima bersaudara. Ia memiliki dua kakak perempuan dan dua kakak laki-laki. Pada saat Sri berumur tiga belas tahun Ayahnya meninggal dunia. Pada saat tamat Sekolah Menengah, Sri bekerja sebagai seorang penyiar radio di kotanya, mengisi acara kewanitaan. Tiga tahun berlalu, sampai akhirnya ia mendengar pengumuman dibukanya pendaftaran bagi seorang wanita yang ingin menjadi pramugari.
Sri pun mencoba mendaftarkan diri dan ia pun mendapatkan panggilan untuk ikut tes uji di Jakarta. Disini Sri bertemu dengan teman sekolahnya yang bernama Narti. Namun Sri tidak lulus tes uji ini karena gangguan kesehatan, terdapat flek di paru-parunya. Selama hampir tiga minggu Sri beristirahat di sebuah villa di Salatiga. Setelah tidak lulus uji pramugari, Sri melamar menjadi penyiar radio di Jakarta dan ia pun diterima.
Suatu hari Narti datang mengunjungi Sri dan memperkenalkan temannya bernama Mokar dan Saputro. Mereka adalah seorang penerbang. Saputro adalah seorang kapten pesawat. Selain menjadi penyiar, Sri juga mengikuti latihan-latihan seni tari tak jauh dari rumah paman tempat ia tinggal. Disana Ia berlatih tarian Jawa dan Bali. Sri lalu mendapatkan telfon dari kakaknya yang berada di Semarang mengabarkan bahwa Ibunya meninggal dunia. Sri, Sutopo, Pamannya, dan keponakan dari Ibunya langsung berangkat ke Semarang. Tiga hari berlalu merekapun kembali ke Jakarta.
Sri pernah dilamar oleh seorang teman kakaknya bernama Yus. Namun Sri menolak lamarannya dengan alasan tidak ingin menikah dalah waktu dekat ini. Dengan keahliannya menari, Sri semakin sering diundang menari di istana. Saat hari libur, Sri mengunjungi rumah kakaknya yang juga tinggal bersama Lubis dan Tobing. Disana Sutopo sedang berbicara dengan Carl, lalu dikenalkanlah Sri pada Carl.
Saat Sri masuk ke kantornya dan didapatinya kartu nama dan nomor telfon bernama Charles V dari kedutaan Perancis. Disana juga ditambahkan tulisan yang mengatakan ia mengundang Sri untuk datang ke rumahnya. Pada malam kesenian kongres pemuda se-Asia, Sri menjadi salah satu pengisi acaranya dengan menari. Tanpa disangka Saputro juga berada disana. Ia mengucapkan pujian atas tarian Sri dan mengajaknya untuk pergi esok hari. Namun saat Sri sudah menunggu, Saputro tidak datang karena tugas mendadak.
Semakin lama hubungan Sri dan Saputro semakin dekat, bahkan paman, bibi, dan sepupunya mengatakan senang bahkan sudah sayang kepada Saputro. Menurut mereka Saputro adalah anak laki-laki yang baik, ramah, pintar, halus, dan sebagainya. Hal ini membuat Sri semakin tertarik kepada Saputro, ditambah lagi dengan sikap Saputro yang begitu memperhatikan Sri. Setiap kali ada kesempatan Saputro selalu menyempatkan waktunya untuk datang dan menemui Sri. Saputro sering kali menceritakan apa yang dialaminya saat tugas kepada Sri, begitu pula sebaliknya.
Dari telfon ataupun telegram yang menunjukkan kedekatan Saputro dan Sri. Saputro lalu medapatkan tugas untuk pergi ke luar negeri bersama enam orang temannya selama enam bulan. Selama kepergian Saputro, Sri merasa sangat kesepian. Sepulangnya Saputro, Ia pergi ke rumah Sri dan menginap disana. Saputro menemani Sri yang sendirian di rumahnya karena paman, bibi, dan sepupunya pergi. Sampai pada malam itu Sri dan Saputro bercintaan, hal ini membuat Sri semakin yakin dengan Saputro. Keesokan harinya Saputro memberikan Sri sebuah bungkusan kecil dan setelah dilihat isinya adalah gelang emas dan cincin tipis bermata berlian. Saputro mengatakan bahwa ini adalah emas kawin untuk pernikahan mereka.
Sri dan Saputro pun hendak mempersiapkan segala sesuatunya untuk pernikahan mereka. Sri sudah memilih bahan kebaya yang akan ia kenakan nanti. Saputro memberinya sejumlah uang untuk membeli perlengkapan lain. Menyiapkan surat-surat dan Saputro mengirimi surat kepada kakak Sri mengenai rencana pernikahan mereka. Saputro lalu melanjutkan tugasnya untuk terbang ke Malang. Tidak lama kemudian datang seorang laki-laki berseragam angkatan udara yang menyampaikan bahwa Saputro telah gugur.
Sri sangat terkejut dan sedih mendengar kabar ini. Pernikahan yang sudah di depan mata sirnah begitu saja ketika mendengar Saputro telah meninggal. Sri mencoba bangkit dari keterpurukannya sejak ditinggal Saputro. Carl teman Sri mencoba untuk menghibur Sri dan membuat Sri menjadi lebih kuat. Carl yang baik dan perhatian kepadanya membuatnya nyaman berada disamping Carl. Carl lalu melamar Sri, namun Sri menolaknya.
Sepuluh bulan kemudian Sri menikah dengan Charles Vincent, pria berkebangsaan Perancis yang bekerja sebagai diplomat ini menyebabkan Sri harus ikut berpindah-pindah tempat tinggal. Sri terpaksa melepasakan kewarganegaraan Indonesianya. Sri lalu tinggal di Kobe, Jepang. Ia menganggap Charles adalah sosok yang penuh dengan kelembutan, perhatian, dan kasih sayang. Namun semua itu berubah sejak mereka menikah, Charles selalu membentak dan berkata kasar kepada Sri.
Pernikahan mereka tidak lagi seharmonis dulu meskipun saat itu Sri sedang mengandung anak mereka. Pada musim dingin anak itu lahir. Carl pernah datang sesekali mengunjungi Sri saat ia berada di Jepang. Beberapa saat kemudian Charles, Sri dan anaknya terbang ke Saigon untuk pemberangkatan ke Perancis, Charles menggunakan pesawat terbang sedangkan Sri dan anaknya menggunakan kapal laut. Disana Sri merasa bebas karena berada jauh dari suaminya.
Di kapal itu Sri bertemu dengan berbagai macam orang dari berbagai macam negara. Ia bertemu dengan Tuan Haller seorang kebangsaan Jerman yang tampan, Nyonya Hench, Nyonya Beucler, dan juga para komandan kapal bernama Michel Dubanton. Tanpa disangka Sri merasa tertarik dengan Michel di kapal itu padahal saat itu ia belum mengetahui siapa namanya. Mereka hanya saling bertegur sapa saat pagi atau malam hari.
Tanpa sepengetahuan siapapun ternyata Michel juga memperhatikan sosok Sri sejak pertama kali mereka bertemu. Michel berusaha untuk mendekati Sri, namun ia merasa malu. Pada malam hari kapal akan mengadakan pesta menyamar, kebanyakan penumpang mempersiapkan kostum mereka untuk mengikuti lomba begitu juga dengan Sri. Sri mengikuti pesta menyamar dan ia diminta untuk menari di acaranya selanjutnya. Seusai acara dilanjutkan dengan dansa, Sri berdansa dengan beberapa orang sampai akhirnya ia berdansa dengan Michel.
Kedekatan mereka bertambah saat mereka bertemu di salon saat kapal sedang sepi dan Michel memberanikan diri untuk memulai pembicaraan kepada Sri. Mereka mulai banyak bercerita tentang kesukaan mereka, membicarakan buku-buku bacaan mereka, dan lain-lain. Michel lalu mengajak Sri ke kamarnya untuk mengambil buku. Michel yang merasa senang dengan sikap Sri yang halus, pandai menari dan tidak banyak bicara membuatnya semakin mengaguminya.
Michel sudah menikah dengan perempuan bernama Nicole yang lebih tua lima tahun darinya, namun sikapnya sangat tidak menyenangkan. Nicole yang cerewet, kasar, banyak memerintah, dan seperti anak-anak membuat Michel tidak lagi mencintai Nicole seperti dahulu. Meskipun mereka sudah mempunyai dua orang anak laki-laki, tidak membuat Michel mencintai Nicole. Michel sangat menginginkan anak perempuan, tetapi yang dilahirkan Nicole adalah anak laki-laki.
Beberapa hari kemudian Michel mengajak Sri ke kamarnya untuk mengambil buku yang lain, lalu dikunci pintu kamarnya. Ia meletakkan kuncinya, lalu ia menatap Sri, memeluknya, dan menciumnya. Sri tidak menolak dengan sikap Michel, lalu mereka bercintaan. Setibanya di Marseille Sri merasa sedih karena harus berpisah dengan Michel dan menemui suaminya Charles. Pertengahan musim gugur Sri kembali ke Kobe. Walaupun begitu Michel beberapa kali mengirimkan Sri surat, sampai pada surat ketiga ia mengatakan akan berlabuh di Kobe.
Sri lalu menemuinya secara diam-diam. Saat itu Michel menanyakan apakah Sri ingin menjadi istrinya, namun Sri hanya diam. Hubungan Sri dan Charles semakin tidak baik. Sri semakin sering memikirnkannya dan meyakinkan diri bahwa ia mencintai Michel. Michel dan Sri saling mengirimkan kartu bergambar dan tulisan berisikan kabar mereka. Sri mengabarkan bahwa ia akan pindah ke Paris. Mendengar hal itu Michel berusaha meminta tugas darat di Paris agar bisa sering bertemu dengan Sri.

KUTIPAN YANG PALING MENARIK :
Suaranya yang parau di sela-sela isakannya.

Berbicara melalui cat.

Berbudi manis.

Badannya mengerut dan wajahnya bersinar.

Tolonglah sedikit, jangan hanya melotot melihat dengan matamu yang terlalu besar itu.

Perempuan adalah wakil dari kehalusan, kesucian dan keindahan.

Kebaruan itu lebih-lebih merupakan kekosongan.

Aku melihat keluar seperti hendak menghindari suatu dinding yang melapis di depan mataku.

Mengecap hidup berpandu.

Aku mulai mempunyai semacam ikatan perasaan yang jernih dengan setiap daun yang tumbuh, setiap akar anggrek yang menelusup sabutnya, setiap ikan emas yang bergerak mengkibas-kibaskan ekor yang megah itu.

Aku berbicara pada isi kebun itu sperti kepada sahabat-sahabat yang baik.

Pengambil inspirasi dan bergerak dengan ketenangan yang kentara.

Kau akan tidur sendirian di hotel, kawan-kawanmu awak pesawat di kamar sebelahmu, coba bayangkan, pada suatu malam kau mau keluar, atau pulang terlalu malam dari dansa-dansa di kota tempatmu singgah, bisa saja seorang dari mereka turut masuk ke dalam kamarmu.

Tidak usah sebagai pramugari kalau memang aku mau seorang laki-laki masuk ke dalam kamarku, aku tentu akan memasukkannya.

Pramugari adalah pekerjaan yang membutuhkan kekuatan rohani dan jasmani sepenuhnya.

Di rumah-rumah berpetak seperti penyewa-penyewa yang tidak berhak berbuat semuannya.

Perlahan aku berjalan mendapatkannya.

Jauh di bawah tercurah aliran air yang tipis memutih menghilang di sela-sela semak yang padat. Di sana-sini terdapat permainan warna yang kaya, kami terdiam memandanginya. Gunung merbabu tidak kelihatan dengan jelas oleh langit yang penuh gumpalan mega.

Berhasil atau gagalnya seseorang tergantung kepada kekuatan masing-masing.

Suatu perasaan kekerasan dan kekenalan akan sesuatu yang melingkungiku.

Aku ditumbuhkan di tengah-tengah timbunan warna dan cat yang berbau tajam, kain lukisan dan kuas menyapu papan yang melekat. Kemudian kakak yang paling dekat di hatiku menyuap pandangku sedari bayi dengan gambaran-gambaran yang dibentuknya.

Cinta tumbuh dari kebiasaan.

Aku merasa hari itu bahwa perhatian orang ditumpahkan kepadaku, dengan susah payah aku mencari sebab –sebabnya. Kasihankah orang kepadaku? Mengapa? Aku anak bungsu yang kini menjadi piatu? Ataukah karena aku pernah sakit? Karena aku pernah dirawat di rumah peristirahatan oleh penyakit yang di cap oleh masyarakat sebagai penyakit yang tidak tersembuhkan?

Hatiku serasa kecut.

Apakah arti bersinggungan dengan jenis lain kalau tidak disertai rasa birahi atua cinta.

Aku hanya bisa menari, dan aku ingin menari sampai tenagaku mengizinkan.

Ada duri yang tertancap dalam hatiku.

Tidakkah kau pernah mengalami perasaan seperti itu? Kau raba sendiri bibirmu dikegelapan dengan bayangan seorang seolah-olah itu bibir kekasihmu yang menyentuh bibirmu! Bahwa itu adalah jari-jari orang lain yang meraba wajahmu.

Hingga kini ada seorang gadis dalam hidupku. Bapaknya orang terkaya di pontianak. Setelah empat kali ku cium, dia berkata bahwa dia telah bertunangan dengan laki-laki pilihan bapaknya. Sejak itu aku hanya jatuh cinta saja, karena jatuh cinta adalah hal yang sering terjadi, sedangkan mencinta hanya terjadi satu kali.

Diam dan melipat kepalaku sedalam mungkin seperti seperti seekor burung unta yang bodoh.

Dahan-dahannya rindang subur berjuluran seperti tangan-tangan yang melindungi isi kebun dari sentuhan langit.

Pada waktu mengucapkan pidato, suaranya yang terkenal menerobos sampai ke pelosok kebun yang kelam.

Matanya langsung menusuk pandangku.

Dia memandangiku dengan mata yang mengatakan kelembutannya, bicaranya renyah serta menginsafkan akan perasaannya terhadapku.

Ku hitung sudah lebih dari empat orang yang menciumku, sri. Tapi selama itu aku tidak pernah merasakan tekanan kehendak yang merangsang sampai kekepala.

Bagiku cinta adalah kehadiran.

Suara pegunungan bergumam menyatu dengan gericik air sungai yang kelihatan dari tempat kami seperti seulas lidi.

Aku seperti tertampar oleh kilatan apai yang memedihkan.

Apalah arti peresmian itu kalau memang hati kami telah menyatu.

Apakah yang mesti kami tungggu untuk saling melumat satu dengan lainnya, memasabodohkan hukum yang hanya dibikin oleh manusia abad-abad terakhir.

Tubuh lemas tertampar oleh hawa yang sesak.

Kurindukan kepada dirinya tiba-tiba amat meletihkan.

Mulutku serasa tertutup pandanganku beralih dari kepala bagian siaran kepada orang itu kesungguhan pengucapan yang tertera dikedua wajah itu begitu mengerikan, mata keduanya menatapku dengan lemah dan sayu, menjanjikan rasa simpati yang tak berkeputusan. Bibirku ku rapatkan untuk menguatkan diri. Aku merasa seolah-olah sebilah pisau yang tajam ditusukkan orang ke jantungku, perlahan, perlahan sekali tapi langsung dan pedih. Tubuhku serasa lungkai, garis-garis kayu meja didepanku semakin lama semakin kabur, akhirnya mneghiang. Aku berjalan seperti didorong keluar dari tempat itu.

Wajah seorang anak perempuan adalah wajah tempat berlabuh teduh dan temaram.

Kami telah bersatu tetapi kami akan menyatukan diri lagi tanpa memilih waktu dan tempat karena masyarakat telah mempunyai undang-undang peradabannya yang dinamakan perkawinan.

Begitu dalam perasaan ini ku tanamkan dihatiku, sehingga ketika peti jenazah ditimbuni tanah, segumpal demi segumpal aku merasa seolah sesuatu lepas dari diriku, seolah sebagian dari hhidupku turut terkkubur bersamannya.
Aku tentunya telah berteriak setinggi langgit.

Daun-daun dan cabang pohon menutupi langit dari sinar matahari.

Jawab itu seperti sebuah perhiasan yang diletuskan orang ditelingaku.

Kau bisa meminta perjanjian perkawinan yang paling mahal, aku akan memberikannya.

Orang-orang barat kebanyakan tidak berkeberatan akan masih suci tidaknya seorang perempuan yang menarik hatinya yang akan dikawinnya.

Cinta seorang suami amat tergantung kepada kesanggupan istrinya memasak.

Dadaku mengucup oleh berbagai kata yang ingin ku katakana.

Aku sadar akan kehilanganku, pemuda-pemuda di Negriku menganggap seorang wanita yang telah kehilangan kesucian nya sebagai sesuatu yang rendah.

Pikirang orang disurat sama sekali tidak bisa ditandai sebagai cermin watak.

Aku lebih biasa dikatakan kawin dengan alasan daripada kawin dengan hati.

Aku menerimannya beberapa kali menyatu dengan diriku, tetapi kehendak telah meninggalkan rasa-rasaku aku menjadi pasip.

Seorang istri adalah bayangan suaminya.

Suami adalah raja dan wakil tuhan yang harus dianut dan diikuti segala p[erintahnya.

Seperti binatang, mereka bergerak mengitari betina-betina yang kelihatan tidak berdaya.

Dari ciuman dan cara laki-laki memegang seseorang dalam pelukannya, aku bisa menentukan bagaimana dia memperlakukan pasangannya ditempat tidur.

Sabtu, 27 Juli 2013

Sinopsis Novel Rembulan Tenggelam di Wajah mu Karya Tere Liye

Novel ini bercerita tentang seorang pasien berumur 60 tahun yang bernama Raihan. Raihan selalu merasa bahwa Tuhan tidak pernah memberikan keadilan dalam hidup. Cerita ini diawali dengan Raihan yang bertemu dengan seseorang yang berwajah cerah atau sebutlah (mungkin) malaikat, yang kemudian membawanya kembali menelusuri jalan hidupnya dari awal hingga umurnya mencapai 60 tahun. Ada lima pertanyaan yang selalu berkecamuk dalam pikiran raihan dan Malaikat ini ingin menjawab lima pertanyaan yang selalu ada dalam pikiran Raihan. tersebut . Lima pertanyaan sebelum akhirnya dia mengerti makna kehidupan. Lima pertanyaan tersebut adalah Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memiliki pilihan dalam hidup? Dan Apakah makna kehilangan?

Hidup adalah misteri. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi pada kehidupan di dunia? Apakah akan merasakan kebahagiaan atau penderitaan, kaya atau miskin, panjang umurkah atau tidak, tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi pada kehidupan yang kita alami. Semuanya adalah rahasia Allah, begitupun kisah dalam novel ini, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, karya Tere Liye.

Walaupun di awal cerita diulas tentang Rinai tetapi ternyata Raihan adalah tokoh utama novel ini. Rinai hanya dimunculkan kembali di akhir cerita. Rinai hanya jadi pembuka dan penutup cerita. Di tengah-tengah cerita muncul lagi seseorang yang bernama Fitri yang sangat dicintai Raihan. Raihan adalah suami yang menganggap istrinya adalah segalanya,melakukan segalanya demi istri yang sangat dicintai, tak sanggup berpaling dengan wanita lain meski ia telah tiada. Tapi Raihan adalah orang yang kesepian meski dunia ada dalam genggamannya.

Raihan sebagai tokoh utama yang telah mencapai umur terakhirnya, sakit terkapar di atas ranjang. Kisah ini menuturkan flashback atau kilas balik dalam hidupnya, di bimbing oleh seorang malaikat yang dalam novel ini Tere Liye menyebutnya dengan sebutan orang yang berwajah cerah dan menyenangkan, sebelum ia menemui ajal.

Malaikat ini membawa Raihan menelusuri jengkal demi jengkal kehidupan masa lalunya. Mulai dari ketika dia berada di Panti Asuhan, ketika Raihan menemukan peruntungan dan kemalangannya di Terminal, ketika Raihan menemukan kehangatan utuh sebuah keluarga di rumah singgah, ketika Raihan sudah pindah ke sebuah kamar sewaan petak kecil di dekat bantaran sungai, ketika Raihan selalu suka memandangi rembulan dari atap rumah singgah dan menara air, ketika Raihan memiliki rencana besar pencurian sebuah berlian yang ternyata nantinya berlian itu mengubah hidupnya, ketika Raihan melihat kembali wajah kedua orangtuanya, ketika Raihan pertama kali bertemu dengan wanita yang membuatnya hanya satu kali jatuh cinta sekaligus satu kali patah hati dan kehilangan, dan sampai ketika Raihan seorang anak jalanan liar kemudian menjadi seorang pengusaha sukses.

Malaikat itu membawa Raihan menelusuri seluruh kehidupannya. Dia menjawab setiap pertanyaan Raihan yang selalu mempertanyakan tentang keadilan Tuhan. Raihan selalu merasa bahwa hidup ini tidak pernah adil , dia berpikir, mereka yang baik selalu mendapatkan kesulitan, sedangkan mereka yang berbuat jahat selalu mendapatkan kemudahan, selalu berbahagia di atas penderitaan orang lain. Sampai dia berniat untuk menjadi orang jahat saja.

Lima pertanyaan itu terjawab dengan ceceran kisah yang tak ia ketahui. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah raihan. Tentang makna kehidupan, semua sudah ada garisnya masing-masing yang disebut dengan takdir. Allah selalu adil terhadap hambaNya, semua peristiwa adalah yang terbaik yang diberikan oleh Allah terhadap kita, kita hanya harus berusaha menjalani dengan sebaik mungkin dan bersabar.Apapun yang Allah berikan kita harus bersyukur, karena Allah mengerti kita dan mengetahui yang terbaik untuk kita. Jadi mari kita selalu mensyukuri apa yang sudah Allah berikan pada kita.
Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan, maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji, masa depan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan, maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan begitu, kau akan selalu pandai bersyukur.

Rabu, 10 Juli 2013

Sinopsis Novel Refrain (Winna Efendi)

Sinopsis Novel Refrain Karya Winna Effendi


Back Cover Novel
Tidak ada persahabatan yang sempurna di dunia ini yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya
Ini bisa jadi sebuah kisah cinta biasa. Tentang sahabat sejak kecil, yang kemudian Jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri. Sayangnya, disetiap cerita harus ada yang terluka.
Ini barang kali hanya sebuah kisah cinta sederhana. Tentang tiga sahabat yang merasa saling memiliki meskipun diam-diam saling melukai.

Ini kisah tentang harapan yang hampir hilang. Sebuah kisah tentang cinta yang nyaris sempurna, kecuali rasa sakit karena persahabatan itu sendiri.

Sekilas Cerita
Niki & Nata adalah 2 orang sahabat, Namun semenjak masuk SMA Nata mulai Jatuh hati pada Niki yang mulai Feminim. Niki seorang gadis yang aktif dan ia sangat Menyukai Cherrleader hingga ia bisa masuk Cherrleader sekolahnya. Nata & Niki juga berangkat sekolah selalu bersama dengan sepeda Nata, Niki yang dibonceng.

Suatu hari Disekolah mereka ada anak baru keturunan Indo, yang merupakan anak dari Vidia Rosa model & Desainer terkenal. Ia bernama Annalise (selanjutnya Ditulis Anna), ketika ia keUKS saat hari pertama mengurus Ia bertemu Nata yang sedang tidur2an. Mereka berbincang sebentar (disini anna mulai suka Nata), tak lama Niki datang & mengagumi Anna. Dikelas Anna duduk dekat Niki & Nata (disingkat N&N) sikap N&N Yang akrab membuat Anna berspekulasi mereka pacaran, tapi langsung ditepis N&N. Sikap bersahabat Niki Awalnya tak ditanggapi Anna karna ia bosan dengan tipe persahatan yang pernah ia jalani yang tak pernah awet (karna ia selalu pindah2 ikut mamanya). Niki mengajak Anna untuk Cheers tp ditolak karna ia lebih memilih Fotografi. Persahatan mereka diuji ketika ada gunjingan mengenai Anna, namun N&N tak mudah percaya walau Anna tak pernah cerita tentang keluarganya. Hingga Anna mengajak Mereka kerumahnya karna mamanya akan pulang dihari ulangtahunnya, sayang mereka udah bolos jemput kebandara Mamanya Anna gak jadi datang. Mulai dari itu mereka lebih akrab.

Suatu hari saat ada Pensi, Nata dipaksa tampil oleh Niki (Nata punya bakat tp demam panggung) tapi tetap memaksakan hadir Niki walau ada pertandingan diLapangan -karna pas selesai- hanya untuk dukung Nata. Oliver suka melihat Niki & ia mengajak Niki kenalan, ia tetap getol mengajak Niki kenalan hingga esoknya, yang buat Niki Luluh, Helena (ketua Cheers) heran melihat Oliver mendekati Nata.

Hari demi hari Niki & Oliver semakin dekat, yang membuat Niki jarang pulang & main bersama Nata. Hingga mendekati hari Valentine Nata diam-diam ikut mengirimi surat rahasia cintamelalui kotak pesan yang akan dikirimi pihak osis karna itu acara tahunan, yang dari jauh dilihat Anna. Saat surat2 sudah dikirim, Anna yang hanya ber2 dengan Nata menyuruh ia mengakui sebelum Niki diambil orang. Dan benar saat malamnya ia sudah yakin, Nata malah dapat kabar buruk yaitu Niki jadian dengan Oliver.

Suatu Hari N&N kerumah Anna untuk memilih Foto Anna untuk perlombaan Fotografer. Tanpa sengaja Niki menemukan Foto Nata yang diambil diam2 oleh anna yang secara tidak langsung menguak isi hati Anna, nata pun akhirnya tau. Tapi Anna & Nata hanya memutuskan tetap bersahabat. Dan persabatan mereka tetap harmonis hingga kedatangan Vidia Rosa yang akan mengajak Anna keMilan yang membuat mereka sedih apalagi Anna yang baru merasakan tulus Persahabatan & Tak bisa menolak permintaan Mamanya. Hingga dimalam pesta perpisahan N&N mengatakan Fakta tentang Anna yang tidak diketahui Mamanya, tanggapan itu ditolak.Akhirnya membuat Vidia luluh saat ia melihat kamar Anna & Anna Tetap DiJakarta dan Mamany berjanji cepat kembali untuk bersama Anna diJakarta.
Saat Ujian akhir semakin dekat Niki masih bingung atas masa depannya padahal sahabatnya sudah ada cita-cita, Nata ingin menjadi Pemusik & Anna ingin menjadi Photografer.

Persahabatan kembali diuji saat Niki kekamar Nata (yang memang tempatnya bermain) ia menemukan lagu ciptaan Nata yang berisi Cinta untuk dirinya, Nata yang tiba2 masuk membuat Niki kaku & berlari. Hari ke Hari Niki pun menjauhi Nata & Anna (disingkat N&A) Karna merasa bersalah pada Anna dan binggung pada Nata harus bersikap seperti apa. Jadi Niki jadi bermain dengan Helena,belajar bersama tapi ujung ujungnya bergosip. Hingga Helena bercerita ia pernah kerumah OLiver, berbincang mengenai keluarga Oliver, bahkan Mengenai Sahsa mantan Oliver yang masih dicintai Oliver. Anna berusaha agar mereka bersahabat kembali tapi Niki tetap berkeras hati, walau ia ingin apalagi saat melihat N&A ngumpul diTramboline.
Hingga saat Promnight Niki yang sudah susah payah mencari Baju, dapat telepon dari Oliver ia sakit dan mereka tak jadi datang. Saat Niki mau menjenguk Oliver ia dapat kabar bahwa Oliver sudah pergi. Niki yang mendatangi Sekolahnya melihat oliver bersama Helena. Niki yang Kecewa pergi & menangis, untung sang pahlawan datang (nata). Dan akhirnya Niki, Nata & Anna bersahabat kembali.

Kelulusan akan segera tiba. Annalise memutuskan untuk kuliah, sementara Niki masih bingung. Nata tidak sanggup meninggalkan Niki, padahal ia sudah diterima sekolah di luar negeri untuk mendalami bidang musik. Danny (kakak Nata) tahu apa yang terjadi pada adiknya. Ia pun menasehati agar Nata mau sekolah dan tidak perlu khawatir terhadap Niki. Malamnya Nata dan Niki memutuskan untuk menghabiskan malam di atas trampolin sambil mengingat masa-masa kecilnya dulu hingga mereka berdua tertidur di atas trampolin itu. Setelah terbangun , mereka memperhatikan dua planet bersinar pagi itu, berdekatan seperti dua sahabat. Akhirnya perpisahan itu terjadi, Nata akan pergi untuk waktu yang lama. Nata mengecup kening Niki dengan lembut, membekaskan seluruh rasa cintanya pada gadis itu. Mereka berdua menangis dan Nata berkata dalam hati “Gue akan segera pulang dan,saat itu,gue gak akan melepaskan lo lagi”.

Setelah hampir lima tahun Nata dan Niki berpisah. Sampai suatu hari Nata pulang dan memutuskan untuk mampir ke sekolah lamanya. Teriakan seorang guru perempuan membuat Nata ingin mencari asal suara itu. Hati Nata berdesir,terpaku dan tidak mampu bergerak ketika menemukan asal suara itu. Mereka berdua saling menatap, perempuan itu seperti ingin berseru,tapi justru hanya berbisik. Yaa, sosok guru itu adalah seorang wanita yang selalu mengisi hati Nata yaitu Niki. Dan ternyata Niki menjadi seorang guru di sekolah mereka dulu. Dan akhirnya,mereka bersama kembali

Senin, 03 Juni 2013

SINOPSIS NOVEL Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye

Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Tania yang berumur 23 tahun dan di novel ini dia menjadi ‘aku’. Tokoh lainnya Dede (adik Tania), ibu, Danar (di dalam berperan menjadi ‘seseorang/dia’), Kak Ratna (istri Kak Danar), dan pemeran figuran lainnya. Setting cerita berawal di lantai dua sebuah toko buku di Kota Depok. Di sana,Tania menceritakan kisah hidupnya selama sepuluh tahun terakhir mulai pukul 20.00 – 21.00 kemudian pukul 21.00 – 21.17 dia keluar dari toko buku menuju tempat yang bersejarah baginya hingga dia akhirnya dia dapat menyelesaikan teka-teki kehidupan.

dimulai tentang dua pengamen kecil, yang putus sekolah selama tiga tahun. Semenjak ayah mereka meninggal, yang waktu itu Tania masih berumur delapan tahun dan Dede tiga tahun, kehidupan keluarganya kalang kabut. Mereka tidak lagi bisa mengontrak rumah, karena sudah menunggak tiga bulan, tidak mampu membayar. Akhirnya, mereka hanya kuasa tinggal di rumah kardus di bantaran sungai, tinggal bersama ibunya.

Hari-harinya dihabiskan untuk mengamen, tidak lain untuk mendapatkan sesuap nasi, untuk bisa bertahan hidup, untuk menyambung sepotong masa depan yang samar-samar. Menjadi anak jalanan adalah sesuatu yang niscaya bagi keduanya. Semua dilakukan untuk membahagiakan Ibunya, yang semenjak kematian ayah, Ibu sering sakit. Kata orang-orang, Ibu sakit lebih pada psikisnya.

Pada suatu malam, saat mengamen juga, kaki Tania tertancap paku jamur di dalam kereta. Wajar kalau benda tajam mudah sekali menancap di kaki mereka, karena mereka mengamen tanpa alas kaki, mereka telanjang kaki, tanpa sandal yang bisa melindungi kakinya dari benda tajam. Tania meringis kesakitan, darah pun mengalir. Untung saja, ia ditolong seorang Om-om penumpang bus itu, dan memberikan sapu tangan untuk menyapu darah dan membalut luka di kaki tersebut.

Keesokan harinya, mereka kembali mengamen. Bukan karena kaki Tania sudah sembuh, tapi karena mengamen adalah kewajiban mereka jika ingin tetap bertahan hidup. Mereka mengamen bersama kembali, meski Tania masih berjalan sedikit pincang, menahan sakitnya kaki yang semalam tertusuk paku jamur itu.

Kembali mengamen di bus, dan kembali bertemu dengan Om itu lagi. Dan Om itu memberikan hadiah kepada mereka berdua, sepasang sepatu dengan kaos kakinya. Malam itu mereka lebih akrab dan mengenal namanya Danar, dipanggil Om Danar. Setelah itu, Om Danar mengantarkan Tania dan adiknya pulang ke rumahnya (untung sekali Om tersebut baik sekali dan untung sekali tidak memiliki maksud buruk kepada mereka).

Setelah Om Danar berbincang-bincang dengan Ibu mereka, akhirnya Ibu memutuskan Tania dan Dede kembali bersekolah berkat dukungan Om Danar. Meski begitu, merea berdua memutuskan siangnya, setelah pulang sekolah hingga waktu Magrib ia gunakan tetap untuk mengamen.

Akhirnya, Ibu memutuskan untuk mengontrak rumah. Dan itu semua tentu berkat dukungan Om Danar. Ibu pun sudah sembuh dari sakitnya. Ibu memulai usahanya, berjualan kue. Bisnisnya maju dan menjanjikan. Meskipun begitu, Om Danar tetap memberikan uang kepada Ibu. Sebenarnya Ibu menolak, karena usahanya sudah mulai maju, bisa mencukupi kebutuhan keluarga dari usaha jualan kue itu. Dan akan menjadi ucapan bijaknya di halaman-halaman berikutnya, Om Danar selalu mengatakan, “Ditabung saja, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok”.

Dari sinilah, rasa antara Tania dan Om Danar bersemi. Dari kisah rumah kardus di bawah bantaran sungai. Itu hanya dirasakan oleh Tania, tersirat dalam perasaannya dalam cerita ini. Tidak ada penjelasan ataupun penegasan bagaimana perasaan Om Danar.

Usia Dede enam tahun, Tania sebelas tahun dan dia dua puluh lima tahun. Sebagai hadiah Dede berhasil menyelesaikan Lego, permainan yang cukup sulit yang dulu dihadiahkan Om Danar ke Dede, dia memutuskan memberi hadiah denga jalan-jalan di Dunia Fantasi.

Selain mengajak Tania, Dede dan Ibu, dia mengajak Kak Ratna. Belakangan diketahui, ternyata Kak Ratna adalah pacar dia. Belakangan pula, Tania ‘protes’ untuk memanggil Om Danar dengan Kak Danar. Entah karena menganggap dia sudah menjadi bagian dari keluarganya atau ingin membuat hubungan antara mereka lebih dekat menjadi hubungan antara adik dan kakak. Selengkapnya silakan baca sendiri (hehe…).

Beberapa waktu kemudian, Ibu sakit parah, usaha kuenya terhenti. Dan akhirnya ibu meninggal. Kini kedua anak itu yatim piatu, menjadi garis penghabisan keluarga, tidak memiliki siapa-siapa lagi. Hanya ada Kak Ratna dan Kak Danar.

Dari sinilah muncul kalimat, “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”, dia yang mengatakannya untuk membujuk Tania dan Dede pulang dari pemakaman Ibunya. “Ketahuilah Tania dan Dede… Daun yang jatuh tak pernah membenci angin… Tidak sekarang, esok lusa kau akan tahu artinya… “.

* * *

Setelah kematian Ibunya, Dede dan Tania tinggal bersama dia. Dan akhirnya dia membeli tanah dan membangun rumah, dan tinggal bersama mereka.

Setelah lulus SD, Tania berhasil mendapatkan ASEAN Scholarship, beasiswa SMP di Singapura, lulus dengan nilai terbaik kedua. Setelah itu, Tania kembali mendapatkan beasiswa SMA di Singapura, lulus dengan nilai terbaik. Lalu, melanjutkan kuliahnya di National University of Singapore dengan nilai terbaik.

Kak Danar juga sudah menjadi GM Marketing di perusahannya. Dede kuliah di universitas yang dekat dengan rumahnya, walaupun kata Tania sebenarnya Dede layak mendapatkan satu kursi universitas di negara Tania belajar.

Rasa cemburu Tania semakin menjadi-jadi. Apalagi ketika mendapatkan kabar langsung dari dia dan Kak Ratna kalau mereka akan menikah. Tania sangat terlihat merasa cemburu yang luar biasa. Sebenarnya banyak sekali cowok yang suka sama Tania, dari cowok yang Tania anggap menyebalikan, Jhony Chan, hingga cowok yang rela menjadi ‘tukang angkut’ Tania, Adi.

Tapi entah, perasaan itu sangat kuat untuk dia. Saat ulang tahu Tania yang ketujuh belas (sweet seventeen), dia berencana bersama Dede merayakan ulang tahun itu di Singapura, tentu ini menjadi sesuatu yang sangat spesial. Ketika dia hendak pulang di Bandara Changi, memberikan sebuah liontin T untuk Tania. Dan belakangan diketahui ternyata liontin itu akan sempurna jika disatukan dengan liontin milik dia, liontin D. Liontin yang disatukan dengan gambar bunga dan dua daun Linden, daun yang berbentuk hati.

Di akhir buku ini, semua potongan cinta itu terjawab di bawah pohon Linden mereka bertemu. Yang sebenarnya dia merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Tania. Dia sama dengan Tania, tidak berani mengatakan, mengungkapkan isi hatinya, dan terlanjur memutuskan cinta yang sebenarnya dia tidak mencintai Kak Ratna, yang dinikahinya. Saat itu usia tania dua puluh dua, dia tiga puluh enam. Dan bagaimanapun, daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Sekarang Kak Ratna sudah hamil empat bulan, dan Tania harus kembali ke Singapura.

Dia memang amat sempurna, tabiatnya, kebaikannya, semuanya. Tapi dia tidak sempurna. Hanyalah cinta yang sempurna. (Ini kutipan yang terdapat di akhir halaman buku ini).

Novel ini memiliki kelebihan yaitu memberikan pengalaman hidup yang berkesan bagi kita untuk selalu rajin belajar (“Belajarlah yang rajin Tania!”,aku bersumpah untuk melakukannya.),berjuang, dan berkerja keras dalam hidup ini. Kisah pada novel ini cocok bagi para remaja putra dan putri untuk mengetahui bagaimana seorang yang awalnya terlihat buruk dapat menjadi sukses di masa depan. Memang terdapat juga kisah cinta di novel ini yang berkesan bagi kita karena isinya memberikan pesan dan kesan bagi pembacanya untuk dapat belajar dari pengalaman yang diberikan oleh penulis novel. Kekurangan dari novel ini yaitu ending yang masih terlihat belum selesai dan ingin untuk diketahui lanjutannnya.

Senin, 20 Mei 2013

Aku memilih setia (Fatin Shidqia Lubis)

Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah satunya
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat
Cintaku telah dimiliki

Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya

Maafkanlah diriku tak bisa bersamamu
Walau ku sadar tulusnya rasa cintamu
Takkan mungkin untuk membagi cinta tulusku
Dan aku memilih setia

Seribu kali logika untuk menolak
Tapi ku tak bisa bohongi hati kecilku
Bila saja diriku ini masih sendiri
Pasti ku kan memilih kan memilih mu…..


Sabtu, 16 Maret 2013

Sinopsis Novel Always, Laila (hanya cinta yang bisa) Karya Andi Eriawan

Novel ini adalah salah satu novel favorite saya, memang sudah lama terbit yaitu sekitar tahun 2004 namun bisa di pastikan semua pembaca gakan pernah bosen nangis bombay baca buku ini ahahaha karena bahasa yang disampaikan di novel ini cukup sederhana tapi penuh makna. Bukan hanya sekedar tentang novel cinta biasa ala abg labil, tapi novel ini memberikan banyak pelajaran tentang cara menjaga cinta, menumbuhkan cinta, dan juga berkorban demi cinta.

Tokoh utama dalam novel ini adalah seorang gadis manis berambut panjang yang bernama Laila, mempunyai kekasih bernama Phrameswara. Mereka bertemu ketika masih sama-sama sekolah di SMUN 5 Bandung, sebuah pertemuan yang singkat. Tapi sejak pertama kali melihat Laila, Pram sudah tahu bahwa Laila adalah separuh dari hidupnya Mereka adalah pasangan yang harmonis dan juga kocak, hubungan indah yang terjalin sejak SMA itu pun terus berlanjut hingga mereka kuliah. Pram yang mengambil jurusan Arsitek dan Laila mengambil jurusan Teknik Penerbangan di ITB. Mereka sempat LDR ketika Laila harus kerja prakek di Malaysia. Pada bagian ini adalah awal konflik mereka di mulai, Laila harus berhubungan lagi dengan Bubung, sahabatnya ketika SMP yang ternyata diam-diam mencintai Laila dari dulu. Dan pada bagian ini juga, Pram akan menunjukkan pengorbanannya ke Laila dimana dia akhirnya nekat pergi ke Malaysia hanya untuk menemui sang pujaan hati.

Ketika selesai kuliah, Pram pun mendirikan sebuah cafe yang diberi nama Laila’s cafe. Cafe yang menjadi saksi terakhir bahagianya kisah cinta Laila dan Pram. Ketika hubungan mereka sudah berjalan 7 tahun, Pram akhirnya melamar Laila di Laila’s Cafe. Cafe romantis itu pun menjadi saksi pengikraran cinta mereka, Pram dan Laila benar-benar bahagia. Beberapa hari setelah itu, ketika Laila hendak pergi bersama Pram, mendadak perutnya kembali kambuh. Seperti biasa, Laila selalu merasa kesakitan ketika dia sedang datang bulan, tapi pada malam itu adalah puncak dari segala sakit yang pernah dia rasakan. Laila pingsan, dan dia pun sempat dirawat di rumah sakit selama 1 minggu. Ketika Laila sembuh, Pram dan Laila berencana untuk mengutarakan tentang lamaran tersebut kepada orang tua Laila. Tapi sebelum Pram datang melamar secara resmi, Laila dikejutkan oleh sebuah kenyataan pahit yang langsung menghancurkan semua mimpi indahnya bersama Pram. Dengan sangat pelan, orang tua Laila memberitahu bahwa dia menderita Carsinova Ovarium. Dokter mendeteksi adanya kista yang telah menjadi kanker di kedua indung telur Laila, mendekati stadium lanjut dan harus segera diangkat. Kenyataan yang sangat menyakitkan buat Laila, diusianya yang baru 24 tahun, dia harus merelakan kedua indung telurnya diangkat supaya dia bisa tetap hidup. Dan itu artinya, dia tidak akan pernah bisa hamil.

Bagaimana dengan Pram?? Pram sama sekali tidak tahu apa-apa, baik Laila maupun keluarga Laila tidak ada yang memberitahu tentang penyakit Laila. Dan karena alasan itulah, akhirnya Laila memutuskan Pram secara sepihak. Bagian ini benar-benar seru, saya pun susah untuk menjabarkan lewat kata bagaimana tersiksa dan sakitnya ketika Laila harus melepaskan Pram untuk mencari pengganti dirinya yang lebih sempurna. Pram tidak bisa menerima begitu saja, tapi Laila terus menutup diri dan sama sekali tidak pernah memberikan kesempatan kepada Pram untuk menemui dirinya. Bukan hanya Laila, Pram pun sangat terpukul dengan keputusan Laila. Lamaran yang diajukannya dulu sudah diterima oleh Laila, tapi mendadak dibatalkan begitu saja tanpa alasan yang jelas. Berbulan-bulan Pram sangat terpukul, bahkan cafenya pun tak lagi di urusnya. Hingga akhirnya tepat 5 bulan ketika Laila memutuskan hubungan mereka, disaat Laila berulang tahun, Pram memberikan sebuah surat kepada Laila melalui jasa pos dan juga sebuah jam tangan Guess sebagai kadonya. Saya akan memberikan sedikit bocoran tentang surat yang ditulis Pram untuk Laila, saya ambil bagian akhirnya saja ya.

Laila sayang,

Aku tidak akan lagi bertanya-tanya tentang kabar atau pun alasan perpisahan kita. Aku lelah dan terluka. Apa yang pernah dan belum kita miliki telah aku anggap mati. Dan ternyata kamu keliru. Karena hingga malam ini, aku masih tidak mengerti.

Selamat ulang tahun…

~Pram~

Dan dari surat Pram inilah, Laila akhirnya sadar bahwa dia seharusnya tidak menyiksa Pram seperti ini. Dia kumpulkan lagi keberanian, untuk mengatakan terus terang apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ketika Laila mencari Pram, Pram sudah pindah ke Jogja untuk memulai hidup barunya disana. Laila tidak menyerah, dia pun menyusul cintanya ke Jogja. Tapi ternyata belum sempat Pram melihat kedatangan Laila, Pram sudah terlebih dahulu meninggal akibat kecelakaan di tempat kerjanya. Sad ending?? Memang. Dan jujur saya pun kurang suka, tapi mungkin disinilah letak pesan yang disampaikan oleh penulisnya. imajinasi disini bikin pembaca nangis bombay


Dan sebagai persembahan terakhir, saya akan memberikan sebuah nasehat yang disampaikan oleh bundanya Pram ketika akan melepas Pram pergi ke Jogja. Saya suka dengan nasehat ini, karena saya juga percaya bahwa kita tidak akan pernah bisa melupakan orang yang sudah pernah hadir di hati kita.

“Kalau kamu sangat mencintai Laila dan merasa bahagia saat bersamanya, jangan pernah melupakan dia, Pram. Biarlah kenangan-kenangan indah di antara kalian tetap tersimpan. Luka di hati tidak akan pernah sembuh hanya dengan berusaha melupakannya. Asalkan kamu bisa berdamai dengan hatimu, kamu akan temukan jawaban dari semua ini.”