sejenak terhenti .....
menatapmu bagai hembusan angin , menderu debu dalam bias cahaya...
berkedip seperti mengakar,
melirik tanpa kata, bisu tanda nada...
beku dan menggumam , darahku mengental.. lalu apa beda nya dengan segelas kopi hitam ??
persis seperti sebuah dinastiyang tak pernah pasti,
hanya menanti dalam alunan detik.. sementara terjebak dalam cekikan prasasti
hingga ku biarkan nya membawamu dalam kisaran jarak
ku ingat saat malam begitu pekat dalam wajah zaman berlubur tinta
hingga ku sebut namamu dalam lantang, tapi tak ada yang mendengar
maka izinkan ku hidup untuk yang ke dua kalinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar